Jum'at, 27/12/2024 05:12 WIB

Pemuda Harus Waspada Jadi Target Paham Negatif

Menpora menilai acara yang diselenggarakan di Graha Gus Dur ini menjadi penting untuk menyatakan perang dan menolak serta melakukan penyadaran terhadap isu-isu seperti radikalisme, intoleransi, terorisme dan narkotika di tengah masyarakat.

Dialog Merawat Keindonesiaan

Jakarta - Menpora Imam Nahrawi menilai pemuda saat ini memiliki tantangan berat karena menjadi objek dari semua isu negatif seperti radikalisme, intoleransi, terorisme dan narkotika. Hal itu disampaikan Menpora saat menghadiri acara Ngobrol Bareng Merawat Ke-Indonesiaan, Tolak Radikalisme dan Lawan Intoleransi di Graha Gus Dur, Jalan Raden Saleh, Jakarta, Minggu (23/7) sore.

Menpora menilai acara yang diselenggarakan di Graha Gus Dur ini menjadi penting untuk menyatakan perang dan menolak serta melakukan penyadaran terhadap isu-isu seperti radikalisme, intoleransi, terorisme dan narkotika di tengah masyarakat. "Soal nyata yang perlu kita perangi adalah intoleransi dan radikalisme, radikal ini tumbuh karena ketidakpedulian pemuda akan perubahan langsung di lapangan atau melalui informasi di media sosial, pun ini menjadi tantangan dan saingan bagi media," kata Menpora di dampingi Jubir Kemenpora Anindya Kusuma Putri.

Tidak cukup bagi partai politik, organisasi kepemudaan, organisasi kemahasiswaan kepelajaran hanya menguatkan konsolidasi organisasi tetapi bagaimana isu radikalisme dan intoleransi ini disebarluaskan akan bahayanya dan imbas negatifnya. "Pemerintah telah mengambil keputusan bahwa organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan yang biasa di bantu pendanaan oleh pemerintah dalam hal ini Kemenpora saat ini tidak kami bantu pendanaan hingga ada penjelasan sebagai bentuk ketegasan pemerintah dengan Perpu Ormas sebelumnya," tambahnya.

Pihaknya telah melakukan beberapa klarifikasi dengan pihak terkait untuk hal itu dengan menggandeng Kemenkumham dan Kemendagri kepada organisasi kepemudaan yang anti Pancasila maka pihaknya tidak akan memberikan bantuan fasilitasi. Menpora menjelaskan beberapa indikator ormas yang anti Pancasila dapat dilihat dari azas yang dipakainya, gerakan, program dan ukuran lainnya yang tidak sepaham dengan ukuran yang diberikan dari Kemenkumham dan Kemendagri. 

"Hingga saat ini kami belum menemukan organisasi kepemudaan yang anti Pancasila itu tetapi kami memiliki beberapa catatan misalnya mereka tidak pernah meminta bantuan pemerintah karena mereka berjalan independen," ujar menteri asal Bangkalan, Madura ini.

Sejauh ini pemerintah melalui Kemenpora telah memberikan bantuan pendanaan kepada masing-masing organisasi kepemudaan, organisasi masa dan organisasi kemahasiswaan/kepelajaran yang fleksibel. "Setidaknya tahun 2017 ini kami anggarkan per OKP Rp 1 miliar per tahun untuk konsolidasi internal, rapat pimpinan, rapat kerja, munas, kongres dan latihan kepemimpinan," tambahnya.

 Juru Bicara Kemenpora, Anindya Kusuma Putri, menceritakan pengalamannya saat dirinya berada pada kontes Miss Universe dirinya banyak berbicara tentang Indonesia. "Indonesia bukan negara Islam melainkan negara Pancasila, tentang terorisme saya bilang saya hidup di negara yang mayoritas Islam meski begitu tidak ada satu agama pun yang mengajarkan tentang kehancuran dan peperangan," ujarnya. 

"Saya sangat mengidolakan pahlawan bangsa yaitu Bung Tomo waktu itu ia bilang bahwa semua pemuda yang ada di Papua, Kalimantan, Sulawesi, tidak mengatakan pemuda Islam, Kristen dan sebagainya untuk itu kita harus melanjutkan perjuangan para pendahulu kita itu bukan malah sebaliknya," tambah Anindya.

Ia katakan bahwa jabatan juru bicara Kemenpora ia gunakan juga untuk lebih berkontribusi kepada Indonesia. "Pendidikan kewarganegaraan yang dulu ada harus dikembalikan untuk kehidupan kita sehari hari karena radikalisme dapat masuk dan berkembang di Indonesia lewat lingkungan terdekat kita, mari kita bimbing anak-anak dan saudara kita melalui pendidikan kewarganegaraan, saya bangga dan kami akan memberikan yang terbaik kepada negara," tuturnya. 

KEYWORD :

info pemuda dan olahraga




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :