Orang tua dan anak-anak di Kelurahan Cipinang Besar ambil bagian dalam program Down to Zero Plan International Indonesia
Jakarta – Anak-anak rentan menjadi korban eksploitasi seksual komersial anak (ESKA). Terutama bila orang tua tidak memberikan pengasuhan secara tepat, sehingga tanpa sadar anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Dalam hal ini, setidaknya ada tiga hal yang membuat anak-anak rentan terhadap ancaman ESKA. Salah satunya adalah tuntutan gaya hidup.
“Akar penyebabnya adalah pergaulan bebas, pengasuhan orang tua, dan gaya hidup. Khusus gaya hidup, mereka biasanya ingin punya gadget atau pulsa, jadi gampang terpengaruh untuk melakukan apa saja demi mendapatkan uang,” kata Project Manager ‘Down to Zero’ Plan International Indonesia, Roosa Besari kepada Jurnas.com, Selasa (26/9) di Jakarta.
Tiga hal itulah yang Roosa temukan, ketika ia terjun langsung membina 139 anak yang berasal dari Jakarta Utara dan Jakarta Timur, lewat program ‘Down to Zero’. Dari 139 anak asuhnya, 14 di antaranya ternyata adalah korban ESKA.
“Sepuluh korban ESKA adalah anak perempuan, dan empat lainnya adalah laki-laki,” ungkapnya.
Ketika Anak Mengeluh Soal Batas Usia Perkawinan
Tidak hanya di Indonesia, khususnya di perkotaan, Regional Director Plan International Senait Gebregziabher mengatakan persoalan ESKA menimpa hampir di semua negara. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari pendidikan rendah, hingga keteledoran orang tua membiarkan anak mereka mengakses teknologi tanpa dampingan.
“Meskipun punya dampak positif, dampak negatif teknologi juga tak kalah banyak untuk anak-anak,” terang Senait.
Dengan demikian, Senait berharap upaya memproteksi anak dari ESKA, ke depan harus lahir dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Terlebih, menurutnya, Indonesia juga akan menghadapi bonus demografi pada 2020 nanti.
KEYWORD :Eksploitasi seksual Plan International Indonesia