
Kunjungan Komisi VIII DPR RI ke Jawa Timur (Foto: Humas DPR)
Surabaya - Pemahaman keagamaan sejak dini harus diperkuat untuk mengurangi tingginya tingkat kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Jawa Timur. Sebab, salah satu penyebab kekerasan seksual adalah salah pergaulan.
Demikian disampaikan Ketua tim Kunjungan Kerja Panja RUU Penghapusan Kekerasa Seksual (PKS) Komisi VIII DPR Abdul Malik Haramain, saat berdiskusi dan menyerap aspirasi terkait RUU PKS dengan Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak, LSM dan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak, di Aula Kantor Gubernur Jawa Timur, Surabaya, Jumat (20/10)."Harus ada cara pencegahan agar hal tersebut tidak terulang lagi dan memakan korban. Pertama regulasi yang diperkuat serta adanya perbaikan jangka panjang yang harus diperhatikan yaitu pendidikan agama," kata politikus Partai Kebnagkitan Bangsa (PKB) itu.Pasalnya, kata Abdul Malik, dari data Pusat Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Provinsi (PPT-KKTPA) Jawa Timur, menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan terhadap kasus kekerasan seksual. Dimana, pada tahun 2013 ada 399 kasus, tahun 2014 ada 349 kasus, tahun 2015 ada 625 kasus dan pada tahun 2016 terdapat 426 kasus.Baca juga :
DPR Dukung Penuh Target Indonesia Bebas TBC 2029
"Anak harus diajarkan adab memandang lawan jenis, berilah pengertian mengenai adab beragama dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk," tegasnya.Atas dasar itu, Komisi VIII DPR RI meminta perhatian khusus kepada aparat pemerintah seperti Bupati, Walikota dan Polisi untuk lebih serius menangani kasus ini.
DPR Dukung Penuh Target Indonesia Bebas TBC 2029
rehabilitasi bagi pelaku kekerasan tersebut."Dengan adanya RUU ini nanti warga negara khususnya perempuan serta anak-anak akan mendapat rasa aman, perlindungan dari kekerasan dan berhak untuk bebas dari perlakuan seksual yang merendahkan martabat manusia," tandas Abdul Malik. KEYWORD :
Warta DPR Komisi VIII DPR RUU PKS