Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
Ankara - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menolak permintaan maaf NATO. Menyusul insiden pemajangan poster yang mencantumkan dirinya dan Bapak Pendiri Turki, Mustafa Kemal Ataturk sebagai daftar musuh dalam latihan perang NATO di Norwegia .
Akibat isiden itu, Ankara memerintahkan pasukannya menarik 40 pasukannya dari latihan militer tersebut. NATO dan Norwegia mengajukan permintaan maaf atas insiden tersebut. "Insiden tersebut merupakan tindakan individu dan tidak mencerminkan pandangan NATO," kata Sekjen Nato Stoltenberg dalam sebuah pernyataan.
Namun, menurut Erdogan, perilaku yang tidak sopan tidak bisa bisa dimaafkan dengan mudah. Pada Sabtu (18/11), Erdogan mengatakan, meskipun permintaan maaf dan penegasan pejabat tersebut, pemimpin yang hina tersebut tetap teguh, mengatakan bahwa NATO tidak dapat mudah lolos begitu saja dengan kejadian tersebut.
"Kemarin, Anda menyaksikan ketidakberesan pada latihan NATO di Norwegia. Ada beberapa kesalahan yang tidak dapat dilakukan oleh orang bodoh tapi hanya oleh orang-orang jahat," kata Erdogan dalam pidatonya di televisi.
"Masalah ini tidak bisa ditutupi dengan permintaan maaf sederhana," Erdogan menambahkan.
Konflik internal NATO di antara sekutu-sekutunya.
Kesepakatan Turki dengan Rusia atas pembelian sistem anti-pesawat S-400 memicu kekhawatiran di kalangan anggota blok militer, termasuk Washington. Turki dan Amerika Serikat memiliki beberapa pertengkaran lain selain kesepakatan S-400, karena Ankara berulang kali mengecam Washington atas dukungannya terhadap pasukan Kurdi di Suriah dan keengganannya mengekstradisi ulama Turki yang diasingkan, Fethullah Gulen.
Ketegangan sedikit berkurang pada Oktober, ketika Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, keputusan Ankara membeli S-400 tidak membahayakan kepentingan aliansi tersebut. Sementara rincian akhir kesepakatan diselesaikan, pejabat tertinggi Angkatan Udara Amerika Serikat memperingatkan bahwa hal itu dapat mempengaruhi operasi Ankara terhadap jet F-35, sekitar 100 di antaranya berencananya diboyong Turki
Turki juga berselisih dengan negara anggota NATO lainnya, Jerman. Pada akhir Juni, Jerman dipaksa untuk memindahkan pasukannya dari Pangkalan Udara Asir Turki ke Yordania, karena Ankara melarang anggota parlemen Jerman untuk mengunjungi situs tersebut, di mana sekitar 270 tentara yang berpartisipasi dalam kampanye yang dipimpin Amerika Seriakt melawan Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS / ISIL) ditempatkan.
Perpecahan terakhir dalam hubungan bilateral, Jerman menunda semua permintaan besar untuk ekspor senjata dari Turki. Keputusan tersebut menyebabkan reaksi marah dari Ankara, yang mengatakan bahwa keputusan tersebut melemahkan perjuangannya melawan terorisme dan membahayakan keamanan Eropa.
KEYWORD :NATO Turki Norwegia Latihan Militer