Ilustrasi pengguna Twitter
Tehran - Menteri Teknologi Informasi dan Komunikasi Iran Mohammad Javad Azari Jahromi akhirnya angkat bicara soal desas-desus pemboikotan permanen media sosial Instagram dan Telegram. Ia menyebut pemboikan itu hanya bersifat sementara di tengah aksi protes besar-besaran terhadap pemerintah
"Pemboikotan akses ke media sosial di Iran sifatnya hanya sementara di tengah demonstrasi yang terus berlanjut terhadap kebijakan ekonomi dan pemerintahan," kata Jahromi, dilansir dari Tehran Time, Selasa (2/1).
"Desas-desus tentang penutupan permanen jaringan sosial tidak sesuai dengan kenyataan. Tampaknya mereka berusaha menciptakan ketidakpuasan sosial dan pesimisme, " kata Menteri tersebut melalui akun Twitter-nya.
Pada Minggu (31/12), media melaporkan bahwa Teheran telah membatasi akses ke aplikasi media sosial Instagram dan Telegram, yang digunakan oleh para aktivis untuk bertukar pesan untuk melakukan demonstrasi.
Hal itu dikuatkan oleh CEO Telegram Pavel Durov di Twitter mengatakan, akses jutaan pengguna media sosial tersebut tetiba ditutup oleh pihak yang berwenang.
"Otoritas Iran memblokir akses ke Telegram untuk warganya, padahal sebagian besar pengguna menolak penutupan itu," tulis Durov dalam akun Twitter miliknya, Minggu (31/1).
Pada tahun 2009 silam, pemerintah Iran sudah memblokir Faceboo. Facebook diblokir sejak Mahmoud Ahmadinejad terpilih sebagai Presiden Iran untuk kali kedua. Kendati sudah diblokir, Facebook masih bisa diakses di beberapa tempat di Iran, serta melalui jaringan virtual pribadi.
KEYWORD :
Iran Media Sosial Instagram Twitter