Peserta Training of Trainer dari generasi milenial yang diselenggarakan oleh Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan di Jakarta.
Jakarta - Yayasan GPSP (Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan) menyadari betul pentingnya generasi milenial terlibat dalam diskusi tentang kesetaran gender dan pemberdayaan perempuan sedini mungkin.
Itulah kenapa GPSP melibatkan mereka dalam kegiatan Training of Trainer (TOT) bertajuk ‘Peningkatan Kapasitas Perempuan untuk Percepatan Kesetaraan Gender’. Training yang diselenggarakan di Jakarta 26-28 Januari ini dihadiri 16 perwakilan remaja dari pelbagai daerah.
Ketua Yayasan GPSP, Linda Gumelar, mengatakan tidak ada satu negara pun di dunia yang sudah setara secara gender bahkan negara maju sekalipun. Tantangan ini, ditambahkan Linda, ingin ditaklukkan dengan melibatkan generasi milenial ikut berperan aktif dalam percepatan kesetaraan gender.
“Sudah saatnya remaja zaman now memimpin estafet posisi trainer (pelatih) agar mereka dapat dengan cepat dan efektif dalam mengkomunikasikan pemahaman tentang kesetaraan gender,” kata Linda.
Ia meyakini kemampuan generasi ini untuk terlibat dalam menegakkan kesetaraan gender di Indonesia. Apalagi mereka paham betul segala bentuk teknologi untuk menyebarkan informasi tentang gender yang benar.
“Saya yakin mereka mampu. Dan, ini sejalan dengan tujuan ToT yang salah satunya untuk memperbanyak trainer (pelatih) muda, yang nantinya akan memberikan pemahaman tentangrpeningkatan kapasitas perempuan untuk percepatankesetaraan gender. Kalau peer to peer dengan gaya, bahasa bahkan teknologi yang selalu melekat pada mereka, pasti lebih cepat dan efektif,” kata mantan Menteri PPPA Kabinet Indonesia Bersatu II.
Sementara itu GKR Hemas, salah satu pendiri Yayasan GPSP, mengatakan saat ini GPSP sudah berhasil menyentuh perwakilan generasi milenial. “Tidak ada gap disini, bahkan dalam hal berkomunikasi. Karena melalui pertemuan sepertiini, kita yang lebih senior dapat secara langsung melihat apayang mereka butuhkan. Paham dengan gaya dan bahasamereka dalam mengekspresikan dirinya”, tambahnya.
Beberapa pakar di bidang gender dan komunikasi yang bergabung di GPSP menjadi fasilitator, termasuk dosen UI Dr Effy Zalfiana Rusfian M.Si yang mempresentasikan cara membangun komunikasi efektif antargenerasi.
Usia tampaknya bukan kendala bagi para fasilitator ini. Rini misalnya, pakar gender yang pernah menjabat Sesmen di Kementerian Urusan Peranan Wanita. Di usianya yang nyari 80 tahun, semangatnya tak kalah dari yang muda. Cara berpresentasi nenek dari artis Sheryl Sheinafia ini sangat kekinian.
“Bertemu fasilitator muda yang semangat malah memotivasisaya. Pemahaman mereka terhadap gender sungguhmengagumkan. Kapasitas mereka untuk menjadi fasilitator muda dalam menularkan informasi penting soal kesetaran diatas rata-rata,” ujarnya berapi-api.
Nabila, peserta asal Bandung yang juga Wakil Ketua Forum Anak Nasional, mengatakan kegiatan ToT yang diselenggarakan GPSP sangat bermanfaat dan menambah wawasan baru.
“Gak nyangka banget bakal ketemu banyakahli di bidang gender dan komunikasi. Jadi makin semangatuntuk memotivasi teman-teman tentang kesetaraan gender danpemberdayaan perempuan,” kata Nabila sambil menyerahkan buku karyanya tentang memotivasi remaja untuk mencapai cita-cita.
Sementara Budi, mahasiswa asal Sumatera Utara mengagumi metode ToT dari GPSP.
“Sangat menginspirasi. Kita tidakhanya paham tentang konsep dan kesetaraan gender sajamelainkan juga integrasi gender dengan politik, sosial, budayadan hal lain terkait kepemimpinan dan jati diri,” katanya berharap pelatihan sejenis juga diselenggarakan di daerah-daerah lainnya.
Kesetaraan Gender Zaman Now GPSP