Senin, 02/12/2024 17:29 WIB

Terungkap, Ini Sosok Pencuri Otak Albert Einstein

Ternyata otak Einstein diambil tanpa ada persetujuan keluarga.

Albert Einstein

Jakarta - Tak lama setelah dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit Princeton, New Jersey pada 18 April 1955, jasad Albert Einstein langsung dikremasi (dibakar, Red). Namun belakangan diketahui otak ilmuwan terpopuler ini tak ikut dibakar.

Adalah Dr Thomas Harvey memutuskan mencuri otak Einstein, ketika jasad Einstein diotopsi oleh Rumah Sakit Princeton. The NEw York Times pada saat itu mengabarkan bahwa otak Einstein akan dijadikan objek penelitian.

Dilansir dari Ifl Science, anak Einstein, Hans marah dengan keputusan tersebut. Apalagi otak Einstein diambil tanpa ada persetujuan keluarga. Einstein pun tidak pernah menyatakan bahwa otaknya bisa disumbangkan untuk keperluan medis.

"Bahkan dia ingin tubuhnya dikremasi agar tak ada orang yang menyembah tulang belulangnya," kata penulis buku biografi Einstein, Smithsonian.

National Geographic mencatat, setelah Harvey dipecat dari Rumah Sakit Princton, otak dipindahkan ke Philadelphia, tempat di mana otak Einstein diiris menjadi 240 bagian. Sebagian besar disimpan, dan lainnya dikirim ke berbagai institusi seluruh dunia.

Meskipun diizinkan menyimpan dan meneliti otak Einstein, ternyata Harvey tidak terlatih sebagai ahli beda saraf. Sehingga pada akhirnya otak Einstein hanya memenuhi rak penelitian yang berdebu. Terlupakan dan tidak diteliti.

30 tahun kemudian, studi tentang otak muncul. Pertama diterbitkan di jurnal The Lancet pada 1985 yang bertujuan untuk melihat apakah otak Einstein secara struktural berbeda dari yang lain.

Selanjutnya, The Lancet pada 1999 mengeluarkan penelitian dengan judul `Otak Albert Einstein yang Luar Biasa`, berusaha memahami istilah `kecerdasan neuroanatomis`.

Harvey meninggal pada 2007 silam. Sebelum meninggal, Harvey menyumbangkan sisa-sisa otak Einstein ke Rumah Sakit Princeton untuk dipamerkan dan diteliti lebih lanjut.

KEYWORD :

Sains Albert Einstein Sejarah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :