Jum'at, 27/12/2024 09:17 WIB

YKPI Gelar Temu Penyintas Kanker Payudara se-Indonesia

Pendiri sekaligus Ketua YKPI Linda Agum Gumelar mengatakan pemilihan tema tersebut dirasakan perlu untuk membangun motivasi para penyintas kanker payudara melalui masa-masa sulit sekaligus membangun kualitas hidup para penyintas.

Temu penyintas kanker payudara YKPI di Jakarta

Jakarta – Untuk ketiga kalinya Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) menyelenggarakan Temu Penyintas Kanker Payudara se Indonesia. Acara tahunan kali ini akan dihadiri sekitar 450 penyintas dengan tema `Motivasi Yang Kuat Membantu Upaya Menjalani Pengobatan Kanker Payudara – Kamu Bisa, Kita Bisa!`, di Hotel Kartika Chandra, Sabtu (27/10).

Pendiri sekaligus Ketua YKPI Linda Agum Gumelar mengatakan pemilihan tema tersebut dirasakan perlu untuk membangun motivasi para penyintas kanker payudara melalui masa-masa sulit sekaligus membangun kualitas hidup para penyintas.

“Oleh karenanya nanti ada sesi membangun motivasi oleh motivator James Gwee, testimoni penyintas yang menginspirasi selain sharing info seputar kanker payudara dan limfadema oleh dr. Walta Gautama dari RS Kanker Dharmasi. Diharapkan pertemuan ini bisa menjadi ajang saling memotivasi untuk lalui masa-masa sulit pengobatan kanker payudara,” lanjut Linda antusias.

Linda yang juga survivor kanker payudara menambahkan kepedulian masyarakat dan dukungan kepada para penyintas kanker payudara dapat menekan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut. Menurutnya jika kanker payudara ditemukan dalam stadium awal maka kemungkinan untuk bisa mencapai harapan hidup  yang lebih lama adalah sekitar 98 persen.

Tak sedikit penyintas yang menyesal karena tidak melakukan deteksi dini dan mendapatkan kanker sudah menyerang bagian tubuh lain. Yesa (38) asal Jakarta, kini tengah berjuang melawan kanker payudara stadium empat.

“Ayo lakukan SADARI, biar bebas kanker payudara stadium lanjut. Jangan sampai terlambat seperti aku, gak enak banget kalau sudsah lanjut,” seru Yesa yang baru beberapa hari ini melakukan operasi lagi.

Hal senada diungkap Fitri (40) dari Padang. Saat usianya 33 tahun ia merasakan ada benjolan di payudaranya, tapi karena keinginan memberikan ASI pada anaknyak ia harus menunda pemeriksaan hingga 2 tahun. “Dokter akhirnya memvonis saya kanker stadium 2b,” lirih Fitri.

Sementara itu, berdasarkan data dari Globacan 2018, dikatakan Linda lagi, angka kejadian kanker payudara pada perempuan di Indonesia yang didiagnosa kanker adalah yang paling tinggi (sekitar 42,1 persen).

“Angka kematian karena kanker payudara juga cukup tinggi di Indonesia. Hal ini terjadi karena pasien pada umumnya datang memeriksakan diri ke dokter hampir 70 persen sudah dalam stadium lanjut,” ujar Linda lagi seraya mengingatkan pentingnya deteksi dini kanker payudara melalui SADARI dan SADANIS.

Lebih lanjut Linda menjelaskan pengobatan penyakit mematikan yang juga bisa menyerang anak muda dan laki-laki  ini memang tidak murah. Melalui pelbagai program YKPI yang dipimpinnya, Linda memaparkan upaya pencegahan dini kanker payudara stadium lanjut dengan sosialisasi deteksi dini ke beberapa daerah serta pengoperasian unit mobil mammografi bekerjasama dengan RSK Dharmais yang membutuhkan biaya tinggi.

“Sejak 2015 hingga Agustus 2018 kami telah melakukan pemeriksaan mammografi sebanyak 10.544, dimana  1.565 orang diantaranya mengalami tumor jinak dan 152 orang dicurigai ganas,” terang Linda.

KEYWORD :

Kanker Payudara Temu Penyintas YKPI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :