Militer Myanmar saat menghadapi warga muslim Rohingya (Foto: Reuters)
Yangon - Aparat keamanan Myanmar menembak dan melukai empat Muslim Rohingya yang dituduh menyelundupkan etnis yang terlantar di negara bagian Rakhine barat, Minggu (18/11).
Sekitar 20 polisi memasuki kamp Ah Nauk Ye, sekitar 15 km timur ibukota negara bagian Sittwe pada Minggu pagi, menahan dua pria yang disebut memiliki perahu untuk menyelundupkan 106 Rohingya keluar dari negara itu pada Jumat (16/11).
Kapal reyot itu membawa 25 anak. Di antara penumpangnya, menuju Malaysia saat pihak berwenang menghentikannya di selatan Yangon.
Hampir 7.000 Warga Rohingya Kehilangan Tempat Tinggal di Kamp Bangladesh akibat Kebakaran
Maung Maung Aye, seorang pria berusia 30 tahun, Rohingyaung Maung Aye, seorang Muslim Rohingya yang menyaksikan penembakan itu, mengatakan kepada Reuters, empat orang terluka dalam insiden itu, dua di antara merek mengalami luka serius.
"Warga Rohingnya tetiba berhamburan keluar dari kamp setelah mendengar suara tembakan," katanya kepada Reuters melalui telepon.
Menurut keterangan Polisi, etnis Rohingya menyerang mereka dengan pedang dan melemparkan batu ke arah mereka, hingga melukai beberapa petugas.
"Saya melihat Bengali dari kamp mencoba menyerang polisi untuk membebaskan tahanan tersebut, hingga polisi melepaskan tembakan peringatan. Beberapa Bengali terluka. Saya tidak tahu detailnya," kata inspektur polisi Than Htay dari kantor polisi terdekat.
Sekedar diketahui, kebanyakan warga di Myanmar menyebut Rohingya sebagai "Bengali," yang menyiratkan bahwa suku itu adalah pengungsi dari Bangladesh.
Maung Maung Aye membantah laporan aparat tersebut. Ia mengatakan, Rohingya tidak menyerang polisi atau mencoba membebaskan orang-orang yang ditahan polisi. Ia mengatakan polisi menembaki warga dan tidak ke langit.
Puluhan ribu Rohingya telah dikurung di kamp-kamp di luar Sittwe sejak kekerasan menyapu Rakhine pada tahun 2012. Mereka ditolak bergerak bebas, akses ke perawatan kesehatan dan pendidikan yang layak.
Pada Agustus tahun lalu, Solidarites International, sebuah kelompok bantuan internasional, memperingatkan kondisi di Ah Nauk Ye, rumah bagi lebih dari 4.000 orang Rohingya, sangat parah.
Ia mengatakan,lingkungan itu tidak cocok dijadikan kamp untuk pemukiman manusia. Selain itu, ia juga menyebut wilayah itu kekurangan air, sulit mendapatkan peluang mata pencaharian dan kekerasan komunal.
Selama bertahun-tahun, Rohingya telah menaiki perahu yang diorganisir oleh penyelundup di musim kemarau antara November dan Maret, saat air laut tenang.Perjalanan berbahaya ke Thailand atau Malaysia, sering dilakukan di kapal yang penuh sesak, telah menelan banyak korban jiwa.
Kapal selam Argentina ditemukan setahun setelah menghilang.
Rohingya Polisi Myanmar Etnis Penembakan