Ikan Paus (Foto: AFP)
Jakarta, Jurnas.com – Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa banyak ikan paus berparuh mati setelah terpapar sonar kapal. Mamalia laut raksasa itu menderita penyakit dekompresi akibat terpapar sonar.
Dikutip dari AFP, jutaan tahun evolusi telah mengubah paus menjadi mesin selam yang berenang beberapa kilometer di bawah permukaan laut, selama berjam-jam secara beruntun.
Ikan paus juga berburu makanan di kedalaman yang gelap, karena mampu melambatkan detak jantung, membatasi aliran darah, serta mempertahankan oksigen.
200 pon Plastik Ditemukan Dalam Perut Paus
Namun dewasa ini keahlian tersebut sedikit demi sedikit berubah. Ikan paus berparuh cuvier kini menjadi sangat takut berada jauh di bawah permukaan air.
“Di hadapan sonar, mereka didesak untuk berenang menjauh dari sumber suara, mengubah pola menyelam mereka,” ujar penulis utama Yara Bernaldo de Quiros, seorang peneliti di Institut Kesehatan Hewan di Universitas Las Palmas de Gran Canaria, Spanyol , kepada AFP.
Perburuan Ikan Paus sudah Ketinggalan Zaman
“Respons stres, yang membuat hewan mengakumulasi nitrogen. Ini seperti suntikan adrenalin,” lanjutnya. Ditambahkan bahwa salah satu jenis sonar khususnya membuat paus menjadi tidak seimbang.
Dikembangkan pada 1950-an untuk mendeteksi kapal selam, sonar active mid-frequency (MFAS) digunakan hari ini dalam patroli dan latihan angkatan laut, terutama oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya.
Terdampar 145 Ekor Paus di Selandia Baru
Mulai sekitar 1960-an, kapal mulai memancarkan sinyal bawah air dalam kisaran sekitar 5 kilohertz (kHz). Saat itulah massa pantai paus berparuh, terutama di Mediterania, dimulai.
Antara tahun 1960 dan 2004, 121 kejadian "penyimpangan massa" yang tidak lazim terjadi, dengan setidaknya 40 di antaranya terkait erat dengan waktu dan tempat kegiatan angkatan laut.
Episode paling mematikan terjadi pada 2002, di mana melihat 14 paus berparuh terdampar selama 36 jam di Kepulauan Canary, di saat bersamaan ada latihan angkatan laut NATO.
“Dalam beberapa jam setelah sonar dikerahkan, hewan-hewan itu mulai muncul di pantai,” jelas Bernaldo de Quiros.
Dari luar, paus tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit atau kerusakan. Berat badan normal, dan tidak ada lesi atau infeksi kulit.
Secara internal, lain lagi. Gelembung gas nitrogen mengisi pembuluh darah, dan otak mereka dirusak oleh pendarahan. Otopsi juga mengungkapkan kerusakan pada organ lain, serta sumsum tulang belakang dan sistem saraf pusat.
KEYWORD :Ikan Paus Sonar Kapal