Jum'at, 27/12/2024 08:20 WIB

Akademisi Desak PBB Tengahi Konflik India-Pakistan

Profesor di Departemen Ilmu Politik dan Hubungan Internasional di Universitas Sehir Istanbul itu mengatakan India salah memperhitungkan Pakistan

Pesawat tempur ringan Angkatan Udara India, Tejas terbang di atas Angkatan Udara AS, Boeing C-17A Globemaster III pada hari peresmian Aero India 2019 di pangkalan udara Yelahanka di Bangalore, India, Rabu, 20 Februari 2019. (Foto: Aijaz Rahi/AP)

Istanbul, Jurnas.com – Akademisi Amerika Serikat (AS) asal Pakistan, Abdullah al-Ahsan menyebut konflik India dan Pakistan bukan masalah bilateral, dan Badan Perserikatan Bagsa-Bangsa (PBB) harus menengahinya.

Profesor di Departemen Ilmu Politik dan Hubungan Internasional di Universitas Sehir Istanbul itu mengatakan India salah memperhitungkan Pakistan dan telah membuat kesalahan besar dengan menyerang Pakistan.

"India seharusnya menerima tawaran Pakistan untuk menyelidiki serangan di Pulwama (di negara bagian Jammu dan Kashmir di India utara) dengan memberikan bukti keterlibatan Pakistan dalam insiden itu," kata al-Ahsan, dilansir dari Anadolu.

Ia mendesak PBB atau Mahkamah Internasional untuk menengahi masalah ini.

"Saya berharap Pakistan menahan diri dari tindakan balasan. Seperti yang ditawarkan Perdana Menteri Imran Khan, saya berharap India menerima tawaran Pakistan untuk berdialog," tambahnya.

Sang profesor juga mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan dan kemungkinan perang antara kedua kekuatan nuklir juga akan mempengaruhi negara-negara tetangga.

"Jika ada perang antara India dan Pakistan, itu tidak hanya akan mempengaruhi India dan Pakistan. Afghanistan, di sebelah, juga akan menderita. Negara-negara lain juga akan terpengaruh," katanya.

"Mereka adalah negara yang punya tenaga nuklir. Anda tidak dapat mengabaikan efek energi nuklir, bom nuklir," kata Ahsan.

Ketegangan antara kedua negara tetangga nuklir itu meningkat setelah pemboman bunuh diri di Jammu dan Kashmir yang menewaskan lebih dari 40 pasukan paramiliter India pada 14 Februari.

Kelompok militan Jaish-e-Mohammad (JEM) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, yang menurut India mempunyai markas di Pakistan, tuduhan yang kemudian dibantah Islamabad.

Jammu dan Kashmir, sebuah wilayah di Himalaya yang mayoritas penduduknya Muslim, dikuasai oleh India dan Pakistan sebagian dan diklaim oleh keduanya secara penuh. Sebagian kecil Kashmir juga dikuasai  China.

Sejak mereka berpisah pada 1947, India dan Pakistan telah berperang sebanyak tiga kali - pada 1948, 1965 dan 1971 - dua di antaranya memperebutkan Kashmir.

KEYWORD :

Konflik India Pakistan Jaish-e-Muhammad Asia Tengah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :