Ketua DPD Golkar DKI Jakarta Rizal Mallarangeng
Jakarta, Jurnas.com - Dinamika politik Partai Golkar langsung menghangat pasca-Pemilu 2019. Dinamika itu utamanya terkait pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) yang rencananya dihelat Desember 2019. Agenda utama Munas adalah Pemilihan Ketua Umum DPP Partai Golkar 2019-2024.
Dinamika Partai Golkar ini pun sangat terasa di DKI Jakarta. Hanya sehari setelah adanya suara dukungan untuk Bambang Soesatyo sebagai calon ketua umum, kini Golkar DKI berbalik mendukung Airlangga Hartarto untuk kembali memimpin partai beringin periode 2019-2024.
Sikap ini disampaikan oleh Plt Ketua Umum DPD Partai Golkar DKI Jakarta Rizal Mallarangeng bersama lima Ketua DPD II Partai Golkar Jakarta, kecuali DPD II Golkar Jakarta Selatan.
"Kita dukung munas yang wajar. Bukan dipercepat. Dan kita solid mendukung kepemimpinan pak Airlangga Hartarto," ujar Rizal Mallarangeng ditemui di kediamannya, Menteng, Jakarta, Minggu (30/6/2019).
Rizal menegaksan, Golkar DKI Jakarta bisa segera memperbaiki sikap dan dukungan yang sebelumnya diberikan kepada Bambang Soesatyo (Bamsoet) karena dukungan itu akhirnya dikoreksi sendiri oleh DPD II Golkar DKI Jakarta.
"Maka saya sebagai Plt Ketua DPD Golkar DKI Jakarta berterimakasih kepada teman-teman. Dalam waktu dekat kita akan dekalarasi mendukung Pak Airlangga sebagai Ketum dan Calon Ketum periode selanjutnya," tegasnya.
Prihal keluarnya dukungan ke Bamsoet sebelumnya, Rizal menilai hal itu terjadi karena pasca-Pemilu ada pihak yang ikut terbawa arus dinamika kepartaian.
Rizal menyadari, politik adalah politik. Munas masih 6 balan lagi. Bahkan Pileg belum selesai secara formal, karena masih ada yang bersengketa ke MK. Bagi Rizal, mestinya dinamika partai muncul setelah selesai semua putusan MK dan ketok palu KPU soal penetapan para caleg partai terpilih.
Ditanya kenapa Munas digelar Desember atau setelah pembentukan kabinet pemerintahan Jokowi-Ma`ruf? Rizal menegaskan supaya Golkar kompak dulu dalam membantu pembentukan kabinet pemerintahan yang produktif.
"Kalau Munas dulu sebelum kabinet pemerintahan terbentuk, nanti pasti politiking internalnya kenceng," jelas Rizal.
Ia menilai boleh saja Bambang Soesatyo berpendapat bahwa Munas sebaiknya sebelum pembentukan kabinet. Hanya harus diingat bahwa yang menentukan keputusan di Golkar tak hanya orang per orang.
Bagi Rizal, sebenarnya tak ada perbedaan prinsip soal waktu, karena Ad/ART menetapkan periode kepemimpinan lima tahun, jadi 2019 adalah antara Januari sampai Desember.
Soal alasan mendukung Airlangga kembali? Rizal mengatakan karena Airlangga yang juga Menteri Perindustrian itu termasuk sukses membawa Golkar menjadi peraih kursi terbanyak kedua di DPR setelah PDIP.
Padahal saat pergantian dari Setya Novanto, posisi Golkar sangat terpuruk, bahkan ada yang mengatakan bahwa suara Golkar hanya tinggal 6 persen, dan perolehan kursinya dikatakan paling hanya sekitar 50 sampai 60 kursi.
"Namun dalam waktu setahun, Pak Airlangga bisa balikkan keadaan itu. Pak Airlangga gabungkan dua hal penting, yakni pengalaman eksekutif dan pengalaman legislatif. Dia teknokrat yang politisi," lanjutnya.
Bagi Rizal, Airlangga adalah pribadi yang tak suka konflik tapi ia konsensus builder. Sangat tepat menjadi ketum saat gonjang ganjing dan terhempas kiri dan kanan.
"Buat saya lanjutkan saja pak Airlangga. Kan pak Bamsoet masih muda, masih panjang. Kalau pun maju silahkan, tapi yang penting jangan sampai Golkat pecah lagi," kata Rizal Mallarangeng.
DPD Golkar DKI Jakarta dukung Airlangga Hartarto Rizal Mallarangeng