Presiden Iran, Hasan Rouhani (Foto: Abedin Taherkenareh/EP)
Teheran, Jurnas.com - Presiden Iran Hassan Rouhani, mengatakan, memajukan Iran adalah satu-satunya yang ada di depan mata di tengah tekanan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Di bawah tekanan ekonomi saat ini, Negeri Para Mullah tidak dapat mencari jalan keluar selain untuk mencoba dan meningkatkan produksi, kerja sama, dan integritas di dalam negeri.
"Pemerintah tidak mampu melakukan upaya apa pun menyelesaikan masalah (yang ada). Saya percaya semua implementasi harus dikerahkan ke arah pembangunan dan kemajuan negara," katanya.
"Prinsip yang utama di sini adalah kepentingan nasional negara itu," tegas Rouhani.
AS memulihkan sanksi setelah meninggalkan perjanjian nuklir dengan Iran dan lima negara adidaya lainnya. Kesepakatan yang ditekan pada 2015 itu dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
Presiden AS, Donald Trump yang meninggalkan pakta itu pada Mei 2018, mengatakan, akan melakukan tekanan ekonomi maksimum terhadap Iran untuk mendorong Teheran mencapai kesepakan nuklir baru.
Rouhani mencatat, Teheran menggunakan kekuatan militer, budaya, dan ekonominya bersamaan dengan kekuatan politik, diplomatik, dan negosiasinya untuk mencapai tujuannya.
Pada Mei, Iran menangguhkan beberapa komitmennya di bawah kesepakatan nuklir sebagai balasan atas tindakan sepihak Washington.
Keputusan itu juga guna mendorong pihak-pihak kesepakatan lainnya, Inggris, Prancis, China, Rusia dan Jerman untuk menjamin kepentingan Teheran di bawah perjanjian itu.
Rouhani mengatakan, permintaan bangsa Iran adalah menjaga harga diri dan kemerdekaan negara pada saat yang sama ketika kesulitan melunak.
"Kami melakukan perlawanan dan ketabahan sehingga kami dapat mencapai tujuan, keamanan, dan kemegahan kami. Ketabahan hanya memberikan nilai ketika itu menghasilkan kepuasan bagi kepentingan kami," katanya.
KEYWORD :Sanksi Amerika Serikat Iran Hassan Rouhani