Diskusi jelang Munas Golkar
Jakarta, Jurnas.com - Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menilai konflik dan faksi yang meruncing menjelang Munas Partai Golkar adalah hal wajar, karena Golkar adalah partai terbuka milik masyarakat.
"Yang penting adalah bagaimana mengelola konflik ini dengam baik. Golkar terbiasa dengan konflik. Dan menggunakan konflik sebagai keuntungan elektoral," jelas Ace dalam diskusi Front Page Comm bertema Hitam Putih Golkar di Jakarta, Kamis (19/9/2019).
Dalam diskusi itu juga hadir Anggota DPR terpilih 2019 dari Golkar, Puteri Komaruddin, Pengamat Politik dari CSIS Arya Fernandez, dan analis KedaiKopi Hendri Satrio.
Ace menjelaskan, Golkar punya cara memanfaatkan konflik menjadi keuntungan elektoral, yakni dengan memegang aturan main.
"Kalau partai tanpa aturan main akan terjadi konflik berkepanjangan. Makanya, semua merujuk pada aturan main yang disepajati bersama," jelas Ace.
Terkait adanya desakan munas Golkar dipercepat, Ace menganggap desakan itu wajar saja karena politik itu soal momentum.
Kata Ace, pasti ada target tertentu kenapa ada yang minta munas dipercepat. Pasti ada dalil-dalil politik dibalik desakan itu. Entah menteri, jabatan pimpinan DPR, pimpinan MPR dan sebagainya.
"Ini semua wajar saja. Politik itu bagaimana menentukan posisi strategis dan instrumen kekuasaan untuk bisa mengaktualisasikan pemikiran dan gagaaan pilitik partai," tegas Ace.
Sebagai Ketua DPP Partai Golkar, Ace menegaskan munas akan digelar Desember karena pada 2014 juga munas dilakukan pada Desember.
Pada kesempatan sama, Peneliti CSIS Arya Fernandez menilai kompetisi internal di Golkar memang jauh lebih ketat dibansing partai lain. Kondisi ini memiliki dampak positif bagi eksiatensi Golkar.
Arya pun membuka data, bahwa pada 2014 kursi DPR Golkar sebanyak 91 kursi, dan yang maju kembali sebagai petahana pada Pemilu 2019 sebanyak 81 caleg DPR.
"Pada pemilu 2019 lalu, ada 81 dari 91 orang anggota DPR Golkar yang maju sebagai caleg petahana. Tapi yang terpilih lagi hanya 38 orang. Angka tersebut rendah sekali, karena hanya 46 persen incumbent yang terpilih," jelas Arya.
Bandingkan dengan PDIP yang sekitar 61,3 persen petahana lolos lagi ke DPR, PKS malah sampai 67,6 persen
Nasdem dan PKB sekitar 64 persen.
"Jadi justru keterpilihan petahana paling rendah adalah Golkar. Artinya kompetisi internal Golkar jauh lebih ketat dibanding partai lain," tegas Arya Fernandez.
Munas Golkar Konflik Golkar