Muhammad Taufik (kiri), atlet peraih medali emas dan perunggu cabang olahraga modern pentathlon di SEA Games 2019
Jakarta, Jurnas com – Heboh nyinyir dan kontroversi di dunia maya terkait kepulangan Muhammad Taufik menggunakan angkutan umum ke kampung halamannya usai meraih medali emas dan perunggu cabang olahraga modern pentathlon di SEA Games 2019, bisa dikatakan sudah clear atau sudah terjawab. Tidak ada yang salah dan tidak perlu saling menyalahkan dalam peristiwa tersebut karena kepulangan menggunakan angkutan umum merupakan inisiatif Taufik sendiri menyusul karakter pribadinya yang biasa mandiri.
“Taufik itu generasi pertama yang dibina sejak 2017 di modern pentathlon (bukan triathlon) serta lolos untuk menjadi tim inti modern pentathlon SEA Games 2019 karena potensi dan kerja kerasnya. Karakter pribadinya memang terbiasa mandiri dan atlet memang harus seperti itu, tidak boleh manja,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Modern Pentathlon Indonesia (PP MPI), Anthony Sunarjo di Jakarta.
PP MPI, lanjut Anthony, sudah memberikan pelayanan maksimal dan mendidik seluruh atletnya baik sebelum, saat maupun sesudah tampil di SEA Games 2019. PP MPI bahkan sudah menawarkan kepada semua atlet, termasuk Taufik, untuk menginap di hotel di Jakarta sebelum pulang ke daerah masing-masing. Namun karena Taufik sudah mau melepas rindu dengan keluarga dan kampung halamannya, dia ijin dan memilih untuk langsung pulang bersama rekan-rekan atlet lain yang berasal dari Jawa Barat.
“Kita memahami jika para atlet memilih untuk segera pulang karena sudah lama tidak berjumpa dengan keluarganya. Jadi seperti yang sudah dijelaskan oleh Taufik sendiri, tidak ada itu pemerintah, KOI, PP MPI atau siapapun yang menelantarkan atlet yang baru bertanding karena langsung pulang dari bandara itu merupakan inisiatif mendadak sesaat setelah landing, sama seperti peraih emas lainya Dea Salsabila juga langsung menuju terminal 2 untuk pindah pesawat pulang ke surabaya setelah landing dari Manila karena akan mengikuti UAS di kampusnya" jelas Anthony.
Taufik (30 tahun) memang terbiasa mandiri sejak kecil karena hidup jauh dari orang tua yang menjadi TKI di Arab Saudi. Ia tinggal di Pondok Pesantren ketika Ibu dan bapaknya merantau sebagai buruh migran di Negeri Orang. Taufik sendiri menekuni olahraga lari dan renang sebagai terapi karena sempat divonis sakit paru-paru, dan lebih dari itu, ia berharap bisa menemui orang tuanya lewat prestasi olahraga.
PP MPI khususnya, tambah Anthony, bangga dengan prestasi yang sudah diraih Taufik dengan merebut emas nomor Beach Laser Run Perorangan Putra dan perunggu Triathle Perorangan Putra. Bersama Dea Salsabila yang merebut tiga emas dan Frada Harahap dengan satu emas dan satu perunggu, Taufik ikut membawa Indonesia menjadi juara umum SEA Games 2019 di cabang olahraga Modern Pentathlon.
“Jadi, viralnya Taufik ini ada hikmahnya. Bahwa kemandirian dan kerja keras atlet seperti yang dimiliki Taufik itu terbukti dapat membuahkan prestasi, sementara MPI sebagai organisasi yang baru, telah membuktikan diri sudah menjalankan proses seleksi dan pembinaan atlet nasional secara fair dan maksimal sehingga bisa sukses di SEA Games 2019,” tutur Anthony.
MPI Dinilai Sudah Pantas Jadi Anggota KONI
Kepala Pelatih MPI, Glenn Clifton berharap, sukses modern pentathlon di SEA Games 2019 menjadi batu loncatan untuk meraih prestasi lebih tinggi. Baik Asian Games maupun Olimpiade atau single event bergengsi lainnya. Selain itu semakin mempopulerkan Modern Pentathlon yang memiliki banyak nomor pertandingan, bukan hanya satu nomor yang menyatukan lima disiplin olahraga.
“Regenerasi atlet harus disiapkan dan kita berharap semakin banyak yang mau jadi atlet modern pentathlon yang terbilang baru di Indonesia. Proses pembinaan juga harus dilakukan secara berkelanjutan. Setelah SEA Games 2019, MPI sendiri sudah mempersiapkan training camp bersama atlet Korea di Kinasih Bogor,” jelas Glenn.
KEYWORD :Muhammad Taufik modern pentathlon SEA Games 2019 Anthony Sunarjo