Nice - Banyak kalangan Muslim di Wilayah Nice, Ariane, disalahkan atas serangan Hari Bastille yang menewaskan 84 orang, dan takut akan peningkatan pembedaan dan pemisahan masyarakat.
Padahal Negara Islam Suriah (IS) mengklaim berada di balik serangan itu dan memuji pelaku kelahiran Tunisia tersebut, Mohamed Lahouaiej Bouhlel, yang menabrakkan truk ke kerumunan di kota Prancis tersebut pada Kamis, sebagai salah satu tentaranya.
Di Ariane, wilayah dengan masyarakat besar muslim , terletak beberapa kilometer dari wilayah Abbatoirs, tempat Bouhlel tinggal. Kata imam masjid setempat, Al Fourkane bahwa kelompok keras mengincar yang lemah dan memberikan peringatan menentang fokus terhadap kepercayaan pelaku.
"Karena yang lemah dimanfaatkan bukan berarti bahwa kami harus berlaku keras terhadap keyakinan mereka. Benar-benar berlawanan. Kami seharusnya bersatu dan mempertahankan negara," kata Boubekeur Bekri, dengan menambahkan bahwa "kejahatan adalah kejahatan" tanpa mempedulikan apa pun keyakinannya.
Bouhlel meninggalkan Tunisia pada 2005. Keluarganya menggambarkannya sebagai pria mengalami gangguan kejiwaan dan rentan depresi dan melakukan kekerasan. Dia memiliki beberapa keterlibatan hukum, termasuk tuduhan pada Maret tahun ini karena melemparkan palet kayu dalam kejadian jalanan.
Prancis adalah tempat tinggal mayoritas kelompok Muslim di Eropa. Dalam tanda peningkatan rasa pengasingan di antara kebanyakan kalangan Muslim di Ariane dan di tempat lain, Younis, seorang pembangun atap dari keluarga imigran Maroko, mengatakan bahwa kalangannya disalahkan "tiap kali sesuatu terjadi di Prancis, di Eropa". (ant/reuters)
Nice Prancis