Jakarta - Pakar ekonomi politik dari Universitas Bung Karno Salamudin Daeng mengungkap fakta, bahwa selama ini PLN telah dijadikan sandaran oleh penguasa untuk menumpuk utang.
"Asset PLN telah digelembungkan untuk menumpuk utang," tandas Salamudin kepada jurnas.com, Kamis (4/8).
Salamudin membeberkan, pada 2014 Asset PLN senilai Rp539 triliun, tiba-tiba melonjak menjadi Rp1.227 Triliun. Akibatnya PLN merupakan perusahaan negara dengan utang menggunung.
2023, BRI Setor Pajak Rp45,34 Triliun
Berikut daftar pinjaman luar negeri PLN dari berbagai lembaga keuangan yang diungkap Salamudin:
1. World Bank sebesar USD3,75 miliar dalam empat tahun;
2. Asian Development Bank (ADB) sebesar USD4,05 miliar dalam lima tahun;
3. Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar USD5 miliar dalam lima tahun;
4. KfW Bankengruppe sebesar EUR 655 juta, EUR 700 juta, EUR300 juta;
5. AFD Perancis sebesar EUR300 juta;
6. China Exim Bank sebesar USD5 miliar;
7. China Development Bank sebesar USD10 miliar;
8. Islamic Development Bank (IDB) sebesar USD300 juta. Pada akhir 2015 utang jatuh tempo PLN mencapai Triliun Rp. 24 triliun, dengan bunga utang sebesar Rp. 21.5 triliun.
"Kas PLN hanya 23 triliun. Peringkat utang PLN sangat buruk versi fitch ratings," tandas Salamudin.
oleh: Alfi Dimyati
PLN Salamudin Daeng BUMN Utang Negara