Ilustrasi belajar dari rumah di depan komputer (Foto: Agsinger)
Jakarta, Jurnas.com - Pemanfaatan teknologi informatika (IT) dan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring/online) atau study from home nampaknya masih merupakan barang baru bagi sebagian guru.
Menurut Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, sejak model ini diterapkan menyusul pandemi virus corona baru (Covid-19) di Tanah Air, pembelajaran berlangsung kurang efektif.
"Guru banyak yang belum siap. Anak-anak juga tidak terkontrol. Ini bisa jadi pelajaran bahwa di era sekarang penggunaan IT itu sebuah keniscayaan. Semua sekolah harus mampu menggunakan metode ini," kata Ubaid kepada Jurnas.com pada Kamis (19/3).
Kondisi ini juga diperburuk dengan kenyataan di lapangan, di mana masih banyak anak-anak yang tidak mendapatkan bimbingan dari orang tua, sehingga lebih memilih bermain alih-alih belajar.
"Karena di rumah, dia sendiri dan tidak ada orang tua. Orang tuanya banyak yang masih bekerja, dan tidak mendapatkan izin bekerja dari rumah (work from home)," ujar dia.
Senada dengan Ubaid, praktisi pendidikan Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS), Indra Charismiadji menilai ketidaksiapan guru melakukan pembelajaran daring menjadi bukti buruknya mutu guru.
Padahal, menurut Indra, selama ini pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan dan Pendidikan (Kemdikbud) kerap menggelar pelatihan guru.
"Bukti buang-buang uang negara selama ini. Kemdikbud tanggung jawab dong. Ini bukti kalau mutu guru-guru kita parah," tegas Indra kepada Jurnas.com pada Kamis (19/3).
Indra juga menyoroti tidak adanya cetak biru (blue print) pendidikan hingga sekarang. Hasilnya, berbagai pelatihan termasuk Pendidikan Profesi Guru (PPG) terkesan membuang-buang anggaran negara.
"PPG isinya buang-buang duit negara. Itu wajib dibenahi," tandas Diretur Pendidikan VOX Populi Institute Indonesia ini.
KEYWORD :Belajar Daring Study From Home Indra Charismiadji Ubaid Matraji Virus Corona