Jakarta - Penggusuran perkampungan warga dan kebijakan lain yang dibuat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) semata-mata untuk keuntungan pengembang dan konglomerat. Bagaimana alurnya?
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi menjelaskan, aneka kebijakan Ahok yang menguntungkan Pengembang memang 100% nyata.
"Pertama, kawasan padat penduduk yang dihuni rakyat dianggap menurunkan nilai jual properti, maka digusurlah mereka agar nilai jual properti seperti apartemen, mall, dan sebagainya itu naik. Rakyat dibuang ke rusun yang ternyata juga ada keuntungan pengembang dari situ," ujar Adhie kepada jurnas.com, Sabtu (3/9).
Ia menambahkan, warga yang dipindah ke rusun ataupun apartemen diminta membayar uang bulanan, sehingga mereka tak kuat bayar. Ini pun sudah dihitung, karena kawasan itu memang dirancang agar dikuasai kaum elit dan cukong.
"Ini sudah dalam perencanaan pengembang dari awal. Karena penataan kota 100% melibatkan para cukong itu. Enggak ada hubungannya dengan yang lain, apalagi untuk pembenahan nasib warga. Justru mengorbankan warga," ujar Adhie.
Jubir Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini menambahkan, dari penggusuran maka orang miskin disuruh pergi, sehingga ketika harga properti mahal, maka itu sudah jadi milik konglomerat.
"Maka selanjutnya masuklah beton-beton bangunan baru, juga toko-toko yang akan menampung barang-barang jualan para cukong," lanjutnya.
Kebijakan lain juga sama, seperti LRT yang arahnya untuk para konglomerat. Saat penggagasan awal sudah terlihat bagaimana rute yang dilalui LRT itu pastinya kawasan elit, sehingga nilai jual tanah dan properti di kawasan itu naik.
"LRT dan lainnya itu kan dibuat melewati kawasan pengembang. Kemudian otomatis jadi mahal. Misalnya di Cibubur. Bagaiaman mungkin, begitu ke luar keputusan bangun LRT, iklan-iklan properti langsung bertebaran dengan iming-iming promo dilalui jalur LRT. Siapa yang untung? apakah warga DKI atau cukong pengembang?" tutup Adhie.
KEYWORD :Adhie Massardi Pengembang Penggusuran Ahok
