Kamis, 26/12/2024 17:16 WIB

Ilmuwan: Ledakan di Beirut Bukan Nuklir

Ilmuwan menolak menyebut ledakan besar yang terjadi di Beirut, Turki diakibatkan oleh nuklir, meski ledakan tersebut menyebabkan awan jamur

Ledangan mengerikan di Beirut, Lebanon (Foto: Citizen Free Press/YouTube)

Beirut, Jurnas.com - Sejumlah ilmuwan menolak menyebut ledakan besar yang terjadi di Beirut, Lebanon diakibatkan oleh nuklir, meski ledakan tersebut menyebabkan awan jamur seperti bom atom.

Dikutip dari Business Insider, komentar tersebut menepis asumsi warganet di media sosial yang mencurigai ledakan tersebut berasal dari bahan-bahan nuklir.

Ilmuwan proliferasi dan strategi nuklir di Massachusetts Institute of Technology, Vipin Narang mengatakan, "Aku mempelajari senjata nuklir. (Tapi ledakan itu) Bukan," kata Narang pada Rabu (5/8).

Martin Pfeiffer, seorang kandidat PhD di Universitas New Mexico yang meneliti sejarah manusia tentang senjata nuklir, juga menolak pernyataan di media sosial bahwa nuklir sebagai penyebab ledakan itu.

"Jelas bukan nuklir. Itu api yang memicu bahan peledak atau bahan kimia," tegas Pfeiffer.

Pfeiffer mengindikasikan bahwa ledakan itu tidak memiliki dua keunggulan dari ledakan nuklir, yakni "kilatan putih menyilaukan" dan denyut panas, atau gelombang panas yang diyakini dapat membakar kulit orang.

Sebagaimana diketahui, ledakan itu memicu gelombang ledakan kuat yang menghancurkan jendela-jendela di Beirut, dan secara singkat tampak seperti awan yang mengembang seperti tempurung.

Tapi Pfeiffer mencatat awan gelombang ledakan seperti itu, yang menurut para peneliti senjata sebagai "Awan Wilson", dibuat ketika udara lembab dikompresi dan menyebabkan air di dalamnya mengembun.

Dengan kata lain, ledakan itu tidak unik untuk dikatakan sebagai bom nuklir.

Sementara dalam perhitungan Narang, ledakan itu setara dengan sekitar 240 ton TNT, atau sekitar 10 kali lebih besar dari "ibu dari semua bom" militer AS atau MOAB.

Namun itu tidak seberapa dibandingkan bom "Little Boy" yang dijatuhkan AS di Hiroshima pada 1945, yang memiliki daya ledak 1.000 kali lebih kuat.

Sebagai tandingan terhadap dugaan ledakan Beirut bila disebabkan oleh senjata nuklir, Pfeiffer mengunggah video yang menunjukkan peledakan senjata nuklir "Davy Crockett" yang digerakkan roket, yang meledak dengan kekuatan setara dengan sekitar 20 ton TNT.

Davy Crockett sepersepuluh sekuat ledakan Beirut, tetapi memiliki kilatan khas yang hilang dari ledakan. Lagi pula, tidak ada laporan yang menunjukkan ada kejatuhan radioaktif setelah ledakan Beirut, yang seharusnya cepat terdeteksi.

KEYWORD :

Bom Nuklir Beirut Lebanon




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :