Sekretaris jendral gerakan perlawanan Libanon Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, menyampaikan siaran pidato dari ibukota Lebanon, Beirut, pada 25 Mei 2019.
Beirut, Jurnas.com - Gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon mengendus gerakan operasi yang sedang berlangsung untuk menghidupkan kembali kehadiran Islamic State Iraq and Syria (ISIS) di Timur Tengah.
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan, tujuan dari operasi tersebut ialah untuk menyiapkan alasan bagi berlanjutnya kehadiran Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut dengan kedok memerangi kelompok teroris Takfiri.
"Ada operasi untuk kebangkitan ISIS di Irak dan Suriah dan daerah lainnya. Kebangkitan ISIS bertujuan membenarkan kehadiran pasukan AS yang terus berlanjut di wilayah tersebut," kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa (29/9).
Karena itu, Nasrallah mendesak kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap plot yang menargetkan wilayah tersebut.
Nasrallah mengatakan kelompok Takfiri sudah berhasil mengangkat kepalanya di beberapa wilayah regional setelah pembunuhan Letnan Jenderal Qassem Soleimani, mantan komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, di Baghdad pada bulan Januari.
Jurgen Klopp Tolak Tawaran Latih Timnas AS
AS mulai memimpin koalisi sekutunya di Irak dan Suriah pada tahun 2014 menyusul kemunculan kelompok teroris di sana yang secara luas dituduh dibuat dan didukung oleh Washington sendiri.
Akan tetapi, koalisi yang menampilkan banyak negara membuat kemajuan yang mencurigakan lambat melawan Takfiris.
Irak dan Suriah akhirnya mengalahkan ISIS pada akhir 2017, dengan dukungan penasihat militer di bawah naungan Jenderal Soleimani terbukti sangat diperlukan untuk kemenangan mereka.
Namun, koalisi yang dipimpin AS telah mempertahankan kehadirannya hingga saat ini, meskipun Washington kadang-kadang mengklaim bahwa ia berusaha menarik pasukannya.
Di tempat lain dalam sambutannya, kepala Hizbullah menyampaikan pernyataan baru-baru ini kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang dugaan lokasi di mana gerakan perlawanan seharusnya menyimpan misilnya.
Nasrallah menegaskan bahwa gerakannya tidak menyimpan proyektil di kawasan pemukiman dan mengundang semua media untuk memeriksa lokasi yang telah dipilih oleh perdana menteri Israel tersebut.
Ia, sementara itu, mencatat bahwa pasukan Israel bersiaga di dekat perbatasan Lebanon, takut akan pembalasan Hizbullah atas pembunuhan salah satu anggota gerakan di Suriah oleh Tel Aviv di awal tahun.
Nasrallah mengatakan ini adalah tingkat kewaspadaan tertinggi yang dialami rezim pendudukan sejak 1948, ketika mulai mengklaim keberadaan.
Nasrallah berbicara tentang intervensi Presiden Prancis, Emanuel Macron dalam politik Lebanon sejak ledakan amonium nitrat besar yang menewaskan sedikitnya 190 orang di pelabuhan ibu kota Beirut pada bulan Agustus.
Ia menunjuk ke tuduhan kepala negara Prancis terhadap intervensi Teheran dalam urusan internal Lebanon, mengatakan, "Iran tidak seperti Prancis, dan tidak ikut campur dalam urusan Lebanon.
Ia juga menyampaikan belasungkawa atas kematian sebelumnya dari Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah.
Ia memuji upaya almarhum penguasa menuju penghentian perang saudara Lebanon 1975-1990, posisi Kota Kuwait di bawahnya selama perang Israel 2006 di Lebanon, dan upaya emir menuju rekonstruksi negara setelah perang terakhir.
KEYWORD :Gerakan ISIS Hizbullah Lebanon Amerika Serikat Sayyed Hassan Nasrallah