Abdul Kadir Karding (Anggota DPR Fraksi PKB)
“Generasi muda sekarang malas menjadi petani. Mereka memilih merantau ke kota.”
Inilah ungkapan pilu yang disampaikan anggota DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) Abdul Kadir Karding saat bertemu dengan kelompok tani di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (16/10).
Kenyataan bahwa generasi muda enggan mengelola pertanian tidak lain karena kesejahteraan petani memang sangat rendah. Kesimpulan ini dituturkan langsung oleh sejumlah kelompok tani di Kabupaten Magelang, Purworejo, Temanggung hingga Wonosobo yang ditemui Abdul Kadir Karding.
"Menjadi petani adalah pekerjaan mulia karena merekalah penyedia sumber makanan bagi rakyat. Tapi nyatanya menjadi seorang petani tidak menarik bagi generasi muda, karena tidak ada nilai tambah," ungkapnya.
Upaya petani di Indonesia untuk meraih kehidupan yang layak memang harus berbenturan dengan sistem pengelolaan pertanian yang salah. Cengkraman tengkulak adalah rahasia umum yang masih terjadi, kemudian masalah transportasi yang sulit dan mahal, biaya produksi serta rantai distribusi yang mahal tak menentu, kelangkaan pupuk, serta masalah-masalah lainnya.
"Ini fakta, harga singkong di Lampung jatuh sehingga petani rugi besar, semula di kisaran Rp2.000 per kilogram kini menjadi Rp200 per kilogram," tutur Karding.
"Kalau sekarang kita promosi bangga menjadi petani, maka itu akan sia-sia kalau taraf hidup petani tidak membaik. Yang pas, pemerintah harus memberikan nilai tambah agar petani bisa sejahtera,” imbuhnya.
Kiai NU Dorong Muktamar Luar Biasa PBNU
Dengan memberi nilai tambah hasil pertanian, lanjut Karding, maka akan terbangun tradisi bertani yang baik dalam masyarakat Indonesia. Sistem itu tentunya juga meliputi tata niaga pertanian sehingga bertani benar-benar menjadi profesi favorit masyarakat.
KEYWORD :Petani Karding PKB