| Minggu, 23/10/2016 12:56 WIB
Jakarta - PBNU menggelar berbagai kegiatan dalam menyambut Hari Santri sebagaimana yang ditetapkan presiden Joko Widodo pada tanggal 22 Oktober.
Salah satunya kirab santri dengan cara napak tilas ke sejumlah tempat di berbagai daerah di Jawa yang dianggap memiliki nilai historis terkait perjuangan para ulama dalam menggalang kekuatan rakyat Indonesia melawan penjajah.
Pimpinan parade kirab santri gus Ishfah Abidal Aziz mengatakan kegiatan yang dilakukannya bukan untuk selebrasi semata. Tetapi, kata dia, ada nilai inti ajaran perjuangan para ulama terdahulu yang penting diketahui masyarakat Indonesia saat ini.
Pria yang menjabat sebagai Wasekjend
PBNU ini menyampaikan kirab santri memulai perjalanan dari daerah paling ujung Jawa Timur, Banyuwangi. Dari Banyuwangi, kata gus Alex, kirab bergerak menyusuri daerah-daerah lain di pulau Jawa dan mengakhiri jelajahnya di kota Cilegon Banten.
"Kirab Santri bertujuan untuk mentransformasikan dan edukasi sejarah ke masyarakat tentang peran ulama sebagai garda depan perjuangan bersama TNI dan laskar pejuang kemerdekaan untuk melawan kolonial Belanda dan sekutu," ujar pria yang biasa dikenal gus Alex ini kepada Jurnas.com saat diwawancarai di Jakarta, Minggu (23/10/2016).
Saat itu, gus Alex menceritakan, KH. Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa jihad untuk menggelorakan perang kepada masyarakat Indonesia menyambut kedatangan sekutu. Hingga akhirnya, lanjutnya, pada 11 November 1945 pecah perang perlawanan merebut kota Surabaya dari rengkuhan sekutu dibawah kepemimpinan jenderal Mallaby.
Lebih lanjut Gus Alex menyatakan kirab bertujuan untuk menguatkan semangat fatwa jihad ulama dalam mengisi kemerdekaan sesuai konteks saat ini.
"Jadi, kirab santri ini sebuah bentuk usaha dari NU untuk memproklamirkan bahwa resolusi jihad hingga saat ini belum dicabut. Artinya, kalo Indonesia diserang, NU dan para ulama masih siap menjaga kedaulatan bangsa. Ini fatwa ulama. Hukumnya fardhu ain," ucapnya.
Gus Alex mengungkapkan makna jihad memiliki kesesuaian dengan keadaan saat ini. Menurutnya, Jihad tidak semata-mata dipahami untuk berperang secara fisik.
"Indonesia sebagai negara aman yang sudah tidak lagi menghadapi penjajahan fisik, harus terus berjuang mengisi agenda kemerdekaan. Pasalnya, saat ini kita menghadapi masa yang biasa disebut dengan proxy war yang tidak sebagaimana perang konvensional. Suatu perang dari berbagai sudut. Dalam hal ini kita harus berjihad demi kesejahteraan hidup rakyat, bagi kualitas kesehatan rakyat dan santri, dan tidak membiarkan kekayaan bangsa hanya dimiliki segelintir pemodal," tandasnya.
KEYWORD :
Kirab santri PBNU