Sebuah pusat perawatan untuk pasien virus corona di Sanaa, Yaman pada 12 April 2020. (Badan Mohammed Hamoud / Anadolu)
Berlin, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas mengatakan akan mengirim oksigen dan bantuan medis ke India dalam beberapa hari mendatang untuk membantunya mengatasi krisis COVID-19.
India menderita lonjakan infeksi virus korona, dengan jumlah kasus melonjak sebesar 349.691 dalam 24 jam terakhir, rekor puncak hari keempat berturut-turut. Rumah sakit menolak pasien setelah kehabisan oksigen medis.
"Gelombang kedua saat ini sedang menggulung India dengan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Memang benar bahwa kami bertindak cepat untuk menghentikan masuknya mutasi baru di Jerman," kata Maas kepada surat kabar Rheinische Post, Senin (26/4).
Jerman telah mengklasifikasikan India sebagai daerah dengan insiden virus korona yang tinggi dan juga menempatkan negara itu dalam daftar peringatan terpisah untuk varian virus corona.
Mulai Senin dan seterusnya, warga Jerman yang tiba dari India hanya akan diizinkan memasuki negara dengan hasil tes negatif dan kemudian harus memulai karantina selama 14 hari. Wisatawan asing yang datang dari India tidak lagi diizinkan masuk ke Jerman.
Mass mengatakan Jerman akan melakukan yang terbaik untuk membantu India mengatasi keadaan darurat.
Seorang juru bicara kementerian pertahanan Jerman mengatakan kementerian luar negeri telah meminta militer untuk menyediakan fasilitas produksi oksigen bergerak serta dukungan untuk mengangkut barang darurat dan bantuan lainnya ke India.
Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Minggu menyatakan simpatinya atas penderitaan yang dibawa oleh pandemi ke India."Jerman berdiri dalam solidaritas dengan India dan sedang mempersiapkan misi dukungan," kata Merkel dalam sebuah pernyataan.
Komisi Eropa juga mengatakan akan mengirim oksigen dan obat-obatan ke India setelah menerima permintaan dari Delhi. Inggris dan Amerika Serikat juga mengirimkan bantuan termasuk peralatan medis. (Reuters)
KEYWORD :Jerman Heiko Maas Bantuan Oksigen Kasus COVID-19