Istanto, petani ubi jalar asal Magelang
Jakarta, Jurnas.com – Petani ubi jalar asal Magelang, Istanto mengatakan bahwa menanam ubi jalar lebih menjajikan ketimbang menanam tembakau. Pasalnya, kata Istanto, selain mudah dalam perawatan, ubi jalar juga mudah dijual dan diolah.
“Tahun 2013 kita menanam ubi jalar sangat menguntungkan ketimbang menanam tembakau. Nanam ubi jalar, begitu panen langung bisa dijual dan langsung terima uangnya. Sementara tembakau terlalu banyak rantai dalam proses penjualan. Bahkan kadang dibayar setelah sampai ke pabrik,” ujar Istanto dalam acara Konferensi Pers Menolak Revisi PP adalah Pembangkangan Visi Misi Presiden, Selasa (22/06).
Selama ini isu petani menjadi dalil penolakan terhadap Revisi PP Pengamanan Zat Adiktif Nomor 109 tahun 2012. Mulai dari anggota DPR, DPD, kelompok yang mengatasnamakan petani, asosiasi pengusaha rokok, pengusaha periklanan, hingga Kemenko Perekonomian dan Kementerian Perindustrian.
Mereka mengatasnamakan petani tembakau dan buruh pabrik rokok, yang disebut-sebut akan menjadi sangat menderita bila revisi PP Pengamanan Zat Adiktif tetap dijalankan. Namun menurut Istanto, justru hidupnya menjadi lebih sejahtera setelah menjadi petani multikultur.
“Justru setelah tidak lagi bertani tembakau kehidupan saya menjadi lebih baik. Ketika dulu kami susah sebagai petani tembakau bukan karena adanya peraturan tembakau, tapi karena pola perdagangan tembakaunya yang dikuasai tengkulak,” ujarnya.
Selain itu, petani dari desa Candisari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang itu mengaku senang setelah beralih dari petani tembakau menjadi petani ubi jalar. Walaupun ia akui bahwa sejak nenek moyangnya memang merupakan petani tembakau.
Menurutnya, ubi jalar menjadi tanaman yang sangat menjanjikan kesejahteraan bagi para petani lantaran banyak kreasi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan hasil dari pertanian ubi jalar.
“Menanam ubi jalar tidak terlalu rumit, karena 10-20 hari kita pupuk dan kemudian dirawat sekitar empat lima bulan lalu sudah bisa dipanen. Dulu begitu panen kita langsung jual. Nah sekarang sudah ada perlakuan kita olah dan pilih, menyeleksi ubi yang dijual ke pasar umum, terus yang diekspor dan juga diolah menjadi berbagai kreasi seperti kripik, peyek. Bisa kita olah menjadi tepung, es krim, dan mie ayam,” tuturnya.
Istanto menambahkan bahwa dengan adanya bukti keberhasilan dalam Bertani ubi jalar membuat tanaman ubi sekarang sudah meluas hingga ke desa-desa sekitar.
“Bahkan sekarang kita bekerjasama dengan perusahaan yang tiap dua kali seminggu mereka membeli ubi-ubi yang tidak masuk kategori ekspor,” ujarnya.
“Meski tak menanam tembakau, petani tetap senang dengan adanya penanaman ubi.”
KEYWORD :Petani Magelang Ubi Jalar Revisi PP 109 Lentera Anak