FFWI siap dilesenggarakan. (Foto: Jurnas/Screen Shot).
Jakarta, Jurnas.com- Sejarah perjalanan film Indonesia tidak lepas dari narasi tinta wartawan Tanah Air. Para jurnalis terus memberiitakan, memberi informasi, mengkiritik dan juga mengapresiasi karya-karya sineas anak bangsa yang menjadi kebanggaan Indonesia. Peran wartawan sangat sentral dalam perfilman Indonesia.
Usmar Ismail yang notabene seorang wartawan menjadi pelopor dalam perfilman tanah air. Jauh sebelumnya, sudah banyak wartawan tampil, baik sebagai penulis cerita, pemain, maupun sekaligus sebagai pewarta berita-berita film.
Penjurian festival film oleh juri yang seluruhnya wartawan, baru tercatat pada tahun 1970 manakala PWI menyelenggarakan Pemilihan The Best Actor dan The Best Actress selama enam tahun berturut-turut. Kemudian ada Festival Film Jakarta yang diadakan oleh dua tabloid yang berbeda dengan juri para wartawan film, masing-masing pada tahun 2006 dan 2007. Tradisi itu berlanjut pada tahun 2016 dan tahun 2017 dengan nama Usmar Ismail Awards (UIA).
“Semangat penyelenggaraan festival film oleh wartawan itulah yang kemudian kami adopsi dan kami jadikan bagian dari sejarah tak terpisahkan dalam penyelenggaraan festival film oleh wartawan, termasuk penghormatan kami kepada para pendahulu wartawan yang telah melaksanakan festival film oleh para wartawan," kata Wina Armada Sukardi, Ketua Tim Tujuh yang menggagas kembali festival film wartawan saat zoom bersama wartawan dan para juri, Rabu (7/7/2021).
Berdasarkan data itulah, Tim Tujuh menyebut festival ini; Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) 2021 ini merupakan FFWI XI dan bukan yang pertama. Atau kesinambungan dari festival film wartawan yang sudah ada di Indonesia.
Bedanya, dalam gelaran tahun ini, Tim Tujuh menjalin kerjasama dengan Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru (PMMB) Kemendikbud Ristek RI, mempertegas nama “wartawan” sebagai pelaksanaan festival. Itulah yang membuat nama festival ini menjadi Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI).
Untuk itu, kreteria penjurian dalam FFWI terutama diarahkan kepada mereka yang menjadi wartawan dengan karya jurnalistiknya di perfilman. Dengan Dewan Juri yang seluruhnya wartawan, FFWI memakai kriteria yang lebih mengutamakan aspek-aspek kontekstual atau memiliki relevansi dengan potret, problematik dan solusi sosial kebangsaan Indonesia. Dengan tetap sangat memperhatikan mutu aspek-aspek sinematografis atau elemen-elemen filmis, baik secara keseluruhan maupun bagian per bagiannya.
Selain itu tidak semua 14 atau 17 unsur perfilman dinilai dalam FFWI. Bagaimanapun, pengetahuan wartawan terhadap teknis detail elemen-elemen tertentu dari film, dengan lapang dada, harus diakui ada keterbatasannya. Oleh sebab itu, pada item-item yang para wartawan, merasa tidaklah terlampau ahli, tidak dimasukkan sebagai kategori penilaian.
Sebaliknya, FFWI memberikan kesempatan kepada berbagai jenis atau genre film untuk dinilai secara mandiri. Dari sanalah dalam FFWI setiap genre yang memenuhi minimal jumlah peserta tertentu, film itu dinilai sesuai genrenya.
Masih terkait dengan nilai-nilai di dunia kewartawanan, film yang menjadi peserta di FFWI pada tahun ini. Selain film-film yang telah ditayangkan di bioskop umum di seluruh Indonesia dalam tenggang waktu per tanggal 1 September 2020 sd 30 September 2021. FFWI juga menilai film-film yang telah ditayangkan di OTT atau Over The Top.
Puncak acara FFWI rencananya akan dihelat pada 28 Oktober 2021, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Dan FFWI dimaksudkan sebagai Golden Globe-nya Indonesia. Para praktisi film dan produser sangat mendukung FFWI. Salah satunya aktor senior Deddy Mizwar.
“Kita sangat mendukung sekali FFWI ini yang saya lihat akan menilai secara objektif sesuai dengan pandangan dan pemikirannya. Ini pergelaran yang sangat baik dan kita harapkan akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang,” tandas Deddy Mizwar.
KEYWORD :FFWI Deddy Mizwar Juri