Minggu, 24/11/2024 00:18 WIB

Pemerintah Dinilai Masih Pandang Sebelah Mata Sektor Hortikultura

Meksi ekspor produk hortikultura masih kecil dibandingkan dengan sektor perkebunan, namun ada tren peningkatan.

Nenas Banasari. (Foto: Humas Hortikultura)

Jakarta, Jurnas.com - Pengamat Pertanian, Bungaran Saragih menilai pemerintah masih memandang sebelah mata sektor hortikultura. Padahal, potensi pasarnya besar sekali karena bisa menembus pasar ekspor.

Pada acara Webinar dengan tema Suara Agrina Hortikultura Business: Key to Penetrate Premium Market, Rabu (14/7), Bungaran mengungkapkan, saat ini Indonesia lebih banyak memperhatikan padi dan beras untuk pangan.

"Kita memberikan perhatian kepada perkebunan yang tujuannya untuk ekspor menghasilkan devisa. Bidang hortikultura mendapatkan perhatian yang sangat sedikit baik dari pemerintah maupun dunia usaha," ujar Bungaran.

"Barangkali ini dianggap bisnis yang kecil dan tidak strategis pada saat itu. Namun, dengan tercapainya pangan yang memadai untuk negeri kita selama ini dan ekspor khususnya kelapa sawit yang luar biasa besarnya, maka kita harus memberikan perhatian kepada hortikultura, peternakan dan perikanan," sambungnya.

Menurut Bungaran, belakangan ini bukan hanya pandemi Covid-19, tapi perkembangan kesadaran mengenai pangan dan gizi. Sehingga perhatian kepada hortikultura menjadi lebih banyak dan besar, tidak hanya untuk di dalam negeri, tetapi untuk ekspor.

Meksi ekspor produk hortikultura masih kecil dibandingkan dengan sektor perkebunan, namun ada tren peningkatan. "Yang tidak kita sadari itu berjalan sendiri permintaan terhadap produk hortikultura di dalam negeri berkembang cepat sekali. Sayangnya, statistik kita tidak menangkap itu semuanya," jelas Bungaran.

"Tapi dengan kasat mata yang jeli bisa lihat disana-sini produk hortikultura berupa sayuran, buah-buahan, tanaman obat dan tanaman hias berkembang sangat pesat sekali," sambungnya.

Menariknya, lanjut dia, tidak hanya pasarnya menjadi lebih besar, tapi ada diversifikasi terhadap bentuk pasar tersebut. "Mungkin ada hubungannya dengan perekonomian kita yang semakin membaik yang dilihat dari pendapatan per kapita masyarakat sudah meningkat dibandingkan 20 tahun lalu," ujar dia.

Deputi General Manager Merchandising Division PT AEPN Indonesia, Feri Rahman Saputra mengatakan, pada masa pandemi Covid-19 permintaan produk hortikultura mengalami peningkatan yang luar biasa.

Pertama kali Covid muncul di Indonesia Februari 2020 lalu terus meningkat terhadap produk hortikultura hingga tiga kali lipat permintaannya, terutama sayur mayor dan buah-buahan. Bahkan, sampai perusahaan kualahan dalam memenuhi permintaan konsumen.

"Pasca Covid-19 tiga bulan kemudian itu terus meningkat, tapi minimal 130-150 persen mengalami kenaikan permintaan tiap bulan dan sampai hari ini juga mengalami peningkatan yang signifikan," jelas dia.

Direktur PT Great Giant Foods, Welly Soegiono mengungkapkan pemerintah belum sepenuhnya mendukung industri hortikultura. Padi, jagung dan kedelai penting. Kemudian cabai, bawang merah juga penting. "Tapi jangan melupakan hortikultura yang mempunyai nilai yang lebih tinggi," ujar dia.

Dia menuturkan untuk ekspor harus memenuhi persyaratan 20 sertifikasi. Kemudian di pasar dunia didiskriminasi dikenakan bea masuk. "Nah pertanyaan yang sama apakah buah yang mausk ke Indonesia juga harus memenuhi 20 sertifikasi," ujar dia.

Dia mendorong dibuat roadmap kebijakan hortikultura guna meningkatkan daya saing baik di pasar dalam negeri ataupun pasar internasional. "Bagaimana meningkatkan ekspor hortikultura secara instan yakni membentuk tim perunding yang tangguh dan membuka pasar baru," jelas dia

KEYWORD :

Sektor Hortikultua Bungaran Saragih




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :