Ilustrasi Hacker
Tel Aviv, Jurnas.com - Perusahaan pembuat aplikasi mata-mata, NSO Group, menolak disalahkan atas kasus peretasan di seluruh dunia, termasuk para aktivis, politisi, dan jurnalis.
Menurut investasi yang dilakukan oleh Forbidden Stories, setidaknya 50.000 nomor telepon masuk dalam daftar peretasan. Sementara itu pihak yang meretas dapat menyalin pesan, foto, dan email, merekam panggilan, dan secara diam-diam mengaktifkan mikrofon dan kamera.
NSO Group mengatakan perangkat lunak ini dimaksudkan untuk digunakan melawan penjahat dan teroris, dan hanya tersedia untuk militer, penegak hukum, dan badan intelijen dari negara-negara dengan catatan hak asasi manusia yang baik.
"Pertama, kami tidak memiliki server di Siprus. Dan kedua, kami tidak memiliki data pelanggan kami. Dan lebih dari itu, pelanggan tidak terkait satu sama lain, karena setiap pelanggan terpisah," demikian bunyi pernyataan tersebut dikutip dari BBC pada Kamis (22/7).
"Jadi seharusnya tidak ada daftar seperti ini di mana pun," sambung NSO Group.
Ubah Kripto Jadi Uang Tunai, FBI Telusuri Aliran Duit Peretas Korea Utara di Asia Tenggara
Awal bulan ini, NSO Group meluncurkan Laporan Transparansinya, dengan mengatakan, "Kita harus berpegang pada standar yang lebih tinggi dan bertindak dengan pengawasan dan transparansi untuk memastikan keselamatan publik dan kepedulian terhadap hak asasi manusia dan privasi."
Tapi hari ini, juru bicara mengatakan, "Jika saya adalah produsen mobil dan sekarang Anda mengambil mobil. Lalu Anda mengemudi dalam keadaan mabuk dan Anda menabrak seseorang, Anda tidak seharusnya menyalahkan pabrik mobil, Anda harus menyalahkan pengemudinya."
"Kami mengirimkan sistem ke pemerintah, kami mendapatkan semua akreditasi yang benar dan melakukan semuanya secara legal."
Dari orang-orang yang nomornya ada dalam daftar, 67 di antaranya setuju untuk memberikan Forbidden Stories ponsel mereka untuk analisis forensik.
KEYWORD :NSO Group Pegasus Peretasan Aplikasi Mata-mata